Nikmatnya Minum Kopi Organik di Kaki Gunung Semeru


Kopi bukan minuman yang aneh bagi masyarakat Indonesia. Hampir semua penduduk Indonesia mengkonsumsi minuman berbubuk hitam ini.

Ingin menikmati dengan suasana yang berbeda dengan keromantisan alam. Tidak salahnya mampir ke Dusun Pusungkejen.

Dusun ini berada di Desa Pasrujambe, Kecamatan Pasrujambe, Lumajang yang berada di sebelah timur Puncak Gunung Semeru. Wilayah Pusungkejen berbatasan langsung dengan kawasan hutan milik Perhutani, areal ini menawarkan keindahan alam sekaligus nuansa bersahaja penduduknya yang ramah.

Pagi adalah waktu terindah dan paling nikmat untuk minum kopi apalagi ketika matahari mengintip dari balik pepohonan dengan sinarnya yang menyehatkan. Angin semilir menyejukkan dan menjadi semacam terapi jiwa bagi kita yang setiap saat berkutat dengan rutinitas kerja yang sama.

Tapi jangan bermimpi kita minum di sebuah warung kopi atau kafe. Kita meminum kopi di gubuk-gubuk milik warga yang ada di tengah perkebunan. Masyarakat setempat menyebutnya ‘komplangan’.

Mereka tidak menarik bayaran ketika kita mencicipi kopi di komplangan tapi jika kita tertarik ingin membeli bubuk kopi itu mereka akan menjualnya. 1 ons bubuk kopi siap saji dijual seharga Rp 6 ribu.

Saat detiksurabaya.com singgah di gubuk (Komplangan,red) petani Kopi Paerin dan sang istri Siti (45) terlihat sibuk memasak air panas untuk membuat minuman kopi organik.

Gelas dari yang terbuat dari alumunium disi kopi dan gula dan dituangkan air panas. Aroma mewangi kopi terasa menusuk hidung, membuat siapaun ingin segera mencicipi. Ketika diminum kopi terasa nikhmat di lidah dan sungguh mantap rasanya.

"Jan Uenak tenan, lek isuk-isuk ngombe kopi neng tengah kebun, (Sungguh enak, minum kopi di tengah kebun,red)," ungkap Paerin yang diaminin petani lainya, Rabu (26/5/2010).

Kopi Robusta organik memiliki citarasa tidak terlalu asam dibanding kopi arabika. Bahkan terasa enak bagi tubuh. "Lek mari ngopi, awak koyoke tambah semangat kerjo (Kalau usai minum kopi robusta, tubuh terasa makin semangat dalam berkerja,red)," tuturnya.

Warga di kawasan itu bercocok tanam kopi secara turun temurun, bahkan luas kebun kopi di wilayah ini kurang lebih 100 hektar. Namun dari 100 hektar kebun kopi, 25 hektar kebun kopi dimiliki oleh penduduk lokal. Kebun kopi Robusta ini ditanaman secara organik oleh 20 petani kopi.

"Di sini petani menaman kopi organik hanya 20 orang," kata Pairin (55) salah satu petani kopi organik ditemui di gubuk Komplangan miliknya, Rabu(25/05/2010).

Petani di Pusungkejen beralih menanam kopi anorganik ke organik dimulai sejak tahun 2007. Setelah sekelompok pemuda YPKGM (Yayasan Pengembang Kreativitas Generasi Muda) Lumajang datang ke wilayah Pusungkejen dan memberikan tata cara tanaman kopi organik yang hemat biaya.

"Waktu itu kami dikumpulkan dan diberi pengetahuan kopi organik itu seperti apa," ungkap Pairin yang diaminin petani lainya.

Pada tahun 2007, sebanyak 20 petani dikumpulkan bagaimana tata cara tanaman kopi itu organik. Yang membedakannya dengan kopi lainnya ketika menanamnya tidak mengandung bahan kimia atau pestisida. Awal tahun 2008, petani Pusunkejen hanya memupuk tanaman kopinya dengan pupuk kandang dari kambing yang dimilikinya.

Bagi Anda pengemar kopi, datanglah ke Dusun Pusungkejen, Desa/ Kecamatan Pasrujambe Lumajang untuk menikmtai kopi organik dengan nuansa alami.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © warta lumajang